23 September 2011
DAta Verbal dan Visual
Yudistira (Sanskerta: युधिष्ठिर; Yudhiṣṭhira) alias Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putera Pandu.
Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar "Prabu" dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.
Arti nama
Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah:
Ajataśatru, "yang tidak memiliki musuh".
Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
Pandawa, "putera Pandu".
Partha, "putera Prita atau Kunti".
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryodana. Selain nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya:
Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
[sunting]Sifat dan kesaktian
Para Raja
Hastinapura
Mahabharata
• Pratisrawas
• Pratipa
• Santanu
• Citrānggada
• Wicitrawirya
• Pandu
• Dretarastra
• Yudistira
• Parikesit
• Janamejaya
• Satanika
• Aswamedadata
Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya, sebagaimana telah disebutkan di atas. Sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam Mahabharata terutama dalam hal memainkan senjata tombak. Sementara itu, versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Yudistira dalam pewayangan beberapa pusaka, antara lain Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa kitab, sedangkan Tunggulnaga berupa payung. Keduanya menjadi pusaka utama kerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
[sunting]Kelahiran
Yudistira adalah putera tertua pasangan Pandu dan Kunti. Kitab Mahabharata bagian pertama atau Adiparwa mengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang bersanggama dalam wujud sepasang rusa. Menjelang ajalnya tiba, Resi Kindama sempat mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika mengawini istrinya. Dengan penuh penyesalan, Pandu meninggalkan tahta Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan demi untuk mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya, yaitu Kunti dan Madri dengan setia mengikutinya.
Pada suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya ingin memiliki anak. Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya segera mewujudkan keinginan suaminya itu. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui persetubuhan. Putera pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putera sulung Pandu, sebagai hasil pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Sifat Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya.
Data Visual & Verbal
Yudistira (Sanskerta: युधिष्ठिर; Yudhiṣṭhira) alias Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putera Pandu.
Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar "Prabu" dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.
Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah:
Ajataśatru, "yang tidak memiliki musuh".
Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
Pandawa, "putera Pandu".
Partha, "putera Prita atau Kunti".
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryodana. Selain nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya:
Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
SIFAT & KESAKTIAN
Para Raja
Hastinapura
Mahabharata
• Pratisrawas
• Pratipa
• Santanu
• Citrānggada
• Wicitrawirya
• Pandu
• Dretarastra
• Yudistira
• Parikesit
• Janamejaya
• Satanika
• Aswamedadata
Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya, sebagaimana telah disebutkan di atas. Sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam Mahabharata terutama dalam hal memainkan senjata tombak. Sementara itu, versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Yudistira dalam pewayangan beberapa pusaka, antara lain Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa kitab, sedangkan Tunggulnaga berupa payung. Keduanya menjadi pusaka utama kerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
22 September 2011
ROSABELLA CHANDRA - 42409110
DATA VERBAL DAN VISUAL
Raden Puntadewa adalah putra sulung dari Prabu Pandudewanata dan Dewi Kuntinalibrata. Sesungguhnya Puntadewa merupakan putra kedua dari Dewi Kuntinalibrata. Akibat Ajian Adityaredhaya ajaran Resi Druwasa, Kunti sempat hamil, sesaat sebelum terjadinya sayembara pilih. Lalu putranya yang di keluarkan dari telingga yang dinamai Karna dibuang dan kemudian diasuh oleh seorang sais kereta bernama Adirata.
Puntadewa memiliki dasanama (nama-nama lain) yaitu Raden Dwijakangka sebagai nama samaran saat menjadi buangan selama 13 tahung di kerajaan Wirata, Raden Darmaputra karena merupakan putra dari Batara Darma, Darmakusuma, Darmawangsa, Darmaraja, Gunatalikrama, Sang Ajatasatru, Kantakapura, Yudistira, dan Sami Aji, julukan dari Prabu Kresna.
Raden Puntadewa memiliki watak sadu (suci, ambeg brahmana), suka mengalah, tenang, sabar, cinta perdamaian, tidak suka marah meskipun hargadirinya diinjak-injak dan disakiti hatinya. Oleh para dalang ia digolongkan dalam tokoh berdarah putih dalam pewayangan bersama Begawan Bagaspati, Antasena dan Resi Subali sebagai perlambang kesucian hati dan dapat membunuh nafsu-nafsu buruknya.
Saat Pandawa beranjak dewasa, mereka selalu dimusuhi oleh para Kurawa, akibatnya para tetua Astinapura turun tangan dan memberi solusi dengan menghadiahi Pandawa sebuah hutan angker bernama Wanamarta untuk mengindari perang saudara memperebutkan takhta Astinapura. Setelah itu, hutan yang tadinya terkenal angker, berubah menjadi kerajaan yang megah, dan Prabu Yudistira serta putrinya, Dewi Ratri atau para dalang juga sering menyebutnya Dewi Kuntulwilanten menyatu di dalam tubuh Puntadewa yang berdarah putih. Sejak saat itu pulalah Puntadewa bernama Yudistira.
Puntadewa memiliki jimat peninggalan dari Prabu Pandu berupa Payung Kyai Tunggulnaga dan Tombak Kyai Karawelang, Keris Kyai Kopek, dari Prabu Yudistira berupa Sumping prabangayun, dan Sangsangan robyong yang berupa kalung. Jika puntadewa marah dan tangannya menyentuh kalung ini makan seketika itu pulalah, ia dapat berubah menjadi raksasa bernama Brahala atau Dewa Mambang sebesar gunung anakan dan yang dapat meredakannya hanyalah titisan Batara Wisnu yang juga dapat merubah diri menjadi Dewa Amral. Selain itu Puntadewa juga memiliki pusaka bernama Serat Jamus Kalimasada.
ANALISA KARAKTER
Yudistira merupakan orang yang bijaksana. Oleh karena itu, saya menggambarkan bentuk wajah seseorang yang bijaksana dan tegas, yaitu ke arah kotak. Dan sebagai seorang raja saya menggambarkan seorang sosok yang kekar dan kokoh.
Saya memakaikan mahkota dengan daun di depannya karena Yudistira pernah membuat sebuah hutan angker menjadi sebuah kerajaan.
Yudistira banyak digambarkan dengan rambut yang dikonde, oleh karena itu, untuk mempertahankan gambaran yang telah ada, Yudistira saya gambarkan dengan rambut yang panjang.
Yudistira, mekipun merupakan seseorang yang penuh kasih, tetapi jika ia memegang kalung yang merupakan pemberian dari seseorang, ia akan berubah menjadi raksasa. Oleh karena itu saya melengkapi sosok Yudistira dengan kalung.
MATERI KONSEP
21 September 2011
Analisa Karakter
Karakter Yudistira saya gambarkan seorang yang dewasa dan berjiwa pemimpin, karena Yudistira merupakan yang tertua dalam Pandawa 5, Selain itu juga karena ia merupakan orang yang sangat cinta damai, sabar, dan nyaris tidak pernah berbohong, maka saya menggambarkan sesosok wajah yang tenang dengan alis yang terangkat, hidung mancung dan sorotan mata yang tajam namun
memancarkan cinta kasih dan juga kumis dan jenggot tipis yang semakin menambah ke wibawaannya. Menggunakan jubah besi untuk pertahanan tubuh dan aksesoris kalung yang melekat ditubuhnya untuk menunjukkan kesaktiannya. Bagian celana dan aksesoris lainnya cenderung menampakkan sisi simple karena saat Yudistira dinobatkan menjadi raja ia malah membuang seluruh pakaian emas permata yang dipakai saat masa mudanya didampingi dengan senjata andalannya yaitu Tombak.
Data Verbal-Visual
Yudhistira atau sering disebut juga Puntadewanata adalah Pandawa tertua. Pandawa (Panca Pandawa) merupakan sebutan bagi kelima putra Prabu Pandu Dewanata, raja Kerajaan Astina Pura. Dia memiliki dua orang istri, yaitu: Dewi Kuntitalibrata dan Dewi Madrim
Dari pernikahannya dengan Dewi Kunti, ia memiliki 3 orang putra, yaitu:
Yudhistira, Bima, dan Arjuna.
Sedangkan dengan Dewi Madrim memiliki putra kembar bernama Nakula dan Sadewa.
Kelima putra ini dibesarkan oleh Dewi Kunti, karena Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Madrim telah wafat sewaktu mereka semua masih kecil.
Yudistira dalam bahasa Sansekerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya. Ia mendapat julukan, "pandai memerangi nafsu pribadi".
SIFAT & KARAKTERISTIK
Memiliki sifat penyabar, jujur, adil, suka menolong sesama, percaya diri, berani berspekulasi, mencintai orang tua dan melindungi saudara-saudaranya. Ia ahli dalam hal kerohanian, sehingga disebut berdarah putih dan mementingan perdamaian, persatuan dan kesejahteraan bersama.
Oleh karena berwatak sangat jujur dan adil dan ia lebih mengutamakan jalan damai daripada
kekerasan, maka para dewata memberinya anugerah, kereta yang ditumpanginya tidak akan menyentuh tanah.
Karena ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama (Dewa Dharma) dan lahir dari Kunti, dengan Dharma yang ia miliki ia menjadi sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah.
Yudhistira adalah pria yang tulus ikhlas dalam berbagai hal. Bahkan dalam satu cerita, Yudhistiraa rela memberikan isteri tercintanya ketika diminta oleh orang lain yang sangat mengagumi dan mencintainya. Yudhistira adalah lambang dari pria yang teguh hati, penyabar dan suka perdamaian. Sangat setia terhadap isteri, anak dan keluarganya. Yudhistira sangat benci terhadap permusuhan. Walaupun bermandi harta, Yudhistira menentang poligami, sehingga isterinya hanyalah satu, Dyah Ayu Drupadi.
Yudistira berhidung mancung, bermuka tenang, lebih tenang daripada masa mudanya, mata berwibawa, dan kumis tipis menghiasi wajahnya.
Ia bergelung keling (sanggul), bersunting waderan, berkalung putera, bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Kain bentuk bokongan puteran. Yudhistira gemar berbusana yang indah-indah berlapiskan emas dan permata, tetapi setelah diangkat menjadi raja dia justru berpenampilan sederhana.
SENJATA, KEAHLIAN, KESAKTIAN
Yudistira dalam pewayangan memiliki beberapa pusaka, antara lain Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa Kitab yang memiliki kekuatan untuk memberikan perlindungan dan petunjuk pada kebenaran dan kesejahteraan dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.
Sedangkan Tunggulnaga berupa payung. Keduanya menjadi pusaka utama Kerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu Patih Kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
Dalam mempelajari ilmu agama, hukum, dan tata negara kepada Resi Krepa, Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai. Krepa sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu. Setelah itu, Pandawa berguru ilmu perang kepada Resi Drona. Dalam pendidikan kedua ini, dan terlihat Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata Tombak.
Sementara itu, versi pewayangan jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di Hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Yudistira
Data Verbal dan Visual
Yudistira atau juga dikenal dengan nama Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis yang ada di dalam epos Mahabharata. Yudistira merupakan seorang raja yang memimpin kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura atau Astina. Yudistira merupakan anak pertama atau anak yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putera Pandu. Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "Raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma atau kebenaran sepanjang hidupnya.
Di dalam tradisi cerita pewayangan, Yudistira diberi gelar Prabu dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.
Sifat-sifat Yudistira tercermin dari nama-nama dan juga julukannya. Sifatnya yang paling dominan adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam Mahabharata terutama dalam hal memainkan senjata tombak. Sementara itu, versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka. Yu
distira dalam pewayangan beberapa pusaka, antara lain Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa kitab, sedangkan Tunggulnaga berupa payung. Keduanya menjadi pusaka utama kerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
Analisa Karakter
Karakter Yudistira merupakan karakter yang digambarkan sebagai seorang yang dewasa, bijaksana, berjiwa pemimpin, penuh dengan kebaikan dan keteladanan. Yudistira merupakan anak tertua dari kelima bersaudara Pandawa. Yudistira digambarkan sebagai ksatria yang sakti yang menggunakan kain jarit batik untuk melapisi bagian bawah tubuhnya, memakai mahkota, memiliki kalung yang apabila ditarik mampu merubah bentuk Yudistira menjadi seorang raksasa berwarna putih, dan yang terakhir adalah Yudistira mahir memainkan dan menggunakan tombak sebagai senjata andalannya. Karakteristik fisik Yudistira antara lain, berhidung mancung, mempunyai rambut wajah berupa kumis, dan
bermata jaitan.
Karakter Wayang Yudistira |
Materi Konsep
Jessica Widjanarko Wilianto-Data
DATA VISUAL
DATA VERBAL
Prabu Yudistira raja negara Amarta dan putra tertua Prabu Pandudewanata. Pada masa mudanya bernama Puntadewa.
Yudistira orang yang sabar sekali, hingga dikatakan orang ia berdarah putih, karena tak pernah marah. Karena sifatnya itu, Yudistira terjauh dan bahaya.
Yudistira mempunyai pusaka bernama surat Kalimahusada yang berkesaktian menjauhkan seteru, menyelamatkan diri dan lain-lain. Sebaliknya surat itu bisa berbahaya bagi siapa yang bermaksud jahat terhadap Kalimahusada. Tetapi di dalam lakon surat itu pernah dikuasai orang dan menjadi jayalah dia.
Yudistira tak pernah berperang di dalam Baratayuda. Ia diangkat sebagai pahlawan, tetapi ia menjengkelkan saudara-saudaranya, oleh karena segan melawan musuhnya. Maka terpaksa ia dibantu oleh Arjuna yang dengan anak panahnya mendorong anak panah yang dilepaskan oleh Yudistira, hingga musuh itu dapat dikalahkannya.
Yudistira dan saudara-saudara Pendawa lainnya menemui ajal dengan sempurna sehabis perang Baratayuda.
Prabu Yudistira bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang, lebih tenang daripada masa mudanya, sewaktu masih bernama Puntadewa. Bergelung keling, bersunting waderan. Sesudah bertakhta sebagai raja, segala pakaian serba keemasan dan segala permatanya dibuangnya. Maka ia adalah seorang raja yang sangat bersahaja. Prabu Yudistira berwanda: 1. Putut, 2. Manuksma, 3. Jimat dan 4. Deres.
Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya, sebagaimana telah disebutkan di atas. Sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam Mahabharata terutama dalam hal memainkan senjatatombak. Sementara itu, versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Yudistira dalam pewayangan beberapa pusaka, antara lain Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa kitab, sedangkan Tunggulnaga berupa payung. Keduanya menjadi pusaka utama kerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
ANALISA KARAKTER
Saya menggambarkan Prabu Yudistira saat masih muda, terlihat tenang, walaupun tanpa kumis. Ia tidak mengenakan baju, hanya celana dari kain untuk menunjukkan bahwa Yudistira yang termasuk salah satu anggota Pandawa merupakan orang yang kuat, dan juga agar tidak mengganggu saat sedang berperang melawan musuh.
Senjata yang ia bawa adalah tombak, yang merupakan senjata khasnya. mahkota yang ia pakai berbentuk melengkung untuk menunjukkan ciri khas aslinya yang memiliki konde di berbagai perwayangan.
Asesoris yang ia gunakan adalah kalung, yang saya gambarkan secara simple, yang apabila ditarik dapat membuat Ia berubah menjadi monster putih yang besar.
Langganan:
Postingan (Atom)